Sabtu, 28 Februari 2015

Sukses Menjadi Trader Profesional dengan Profit Konsisten


 Banyak trader saham yang selalu berjuang dengan susah payah mengira bahwa untuk memperoleh profit yang konsisten dalam trading adalah hal yang sulit dan lebih merupakan suatu kebetulan. Berjuang dengan susah payah bisa berarti berusaha terus menerus menemukan metode dan strategi yang pas dengan trial and error, atau mencoba beberapa indikator trading . Walau begitu, banyak diantara mereka yang gagal menghasilkan profit yang konsisten. Sebaliknya para trader profesional yang seakan trading dengan santai dan tanpa beban bisa memnghasilkan profit dengan konsisten. Apakah ada yang salah?

Sebenarnya banyak trader yang telah mengetahui bagaimana menghasilkan profit yang konsisten, tetapi mereka tidak menerapkan pengetahuan tersebut dengan proporsional dan tepat. Semua trader saham tentu termotivasi untuk memperoleh profit, tetapi fokus mereka kurang tepat. Motivasi trader profesional terfokus pada perolehan hasil dalam jangka panjang, sementara trader pada umumnya termotivasi untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam jangka pendek. Mungkin karena alasan ini, para trader profesional seolah tampak santai dan tanpa beban. Selain fokus pada hasil jangka panjang sebagai alasan utama, ada baiknya kita mengetahui beberapa alasan yang membuat trader profesional bisa memperoleh profit dengan konsisten.
 
1. Trader profesional tidak memerlukan banyak waktu untuk analisa pasar 
Mungkin kita mengira kita kurang banyak meluangkan waktu guna mendalami berita-berita ekonomi yang mempengaruhi pasar hingga kita selalu lambat mengantisipasi arah pergerakan harga yang berujung pada hasil trading yang tidak konsisten. Disadari atau tidak, banyak diantara kita yang telah meluangkan waktu lebih banyak dari para trader profesional untuk menghimpun data dari berbagai sumber berita. Trader profesional juga melakukan itu, tetapi hanya pada waktu-waktu tertentu saja. Yang penting bagi mereka adalah sinyal untuk trading, yang berarti layak atau tidaknya untuk membuka sebuah posisi, menutup posisi, atau menambah posisi baru pada kondisi pasar pada saat itu.

2. Profesional selalu trading berdasarkan apa yang mereka lihat, bukan pada apa yang mereka kira akan terjadi 

Dengan kata lain mereka trading dengan obyektif. Banyak trader yang tergoda untuk memperkirakan apa yang bakal terjadi di pasar setelah membaca dan menganalisa perkembangan sebuah berita ekonomi. Hal ini sering membuat trader merasa sangat optimis dan melakukan pelanggaran pada strategi managemen resiko dengan misalnya melipat gandakan ukuran lot trading, atau menambah posisi baru hingga over-trading

Sebaliknya, trader profesional mengetahui bahwa mereka tidak akan pernah tahu dengan pasti kemana arah gerak pasar, sejelas apapun petunjuk dari berita ekonomi. Dalam hal ini tentu mereka belajar dari pengalaman, oleh sebab itu mereka sangat patuh pada managemen resiko yang telah disepakati. Semua berita selalu dikombinasikan dengan sinyal trading yang layak. Mereka tidak memaksakan diri atau memasang target untuk ‘harus masuk pasar’. Trader profesional tahu dengan pasti apa yang mereka inginkan dari pasar, dan hanya akan trading jika pasar telah memberinya peluang.

3. Trader profesional tidak terlalu bergantung pada indikator teknikal 

Banyak trader saham yang sebenarnya menyadari bahwa dengan banyaknya indikator pada chart trading akan membuat bingung dan cenderung over analyzing. Menurut penuturan seorang trader profesional, pertama kali yang mereka lihat dalam chart trading adalah membaca pergerakan harga seperti apa adanya, dengan hanya menandai level-level support dan resistance. Kemampuan untuk membaca pergerakan harga secara ‘telanjang’ (naked price), tanpa indikator, adalah juga sebuah analisa teknikal. Tentu saja mereka tidak mengabaikan indikator teknikal sama sekali, tetapi mereka menggunakannya sesuai dengan kebutuhan dengan proporsional.

Biasanya indikator yang sering digunakan adalah moving average sebagai level support dinamis atau resistance dinamis. Mereka tidak terlalu bergantung pada indikator teknikal untuk mendapatkan ‘holy grail’atau kombinasi beberapa indikator yang selalu digunakan dalam sistem tradingnya dan diharapkan selalu benar. Mereka tahu bahwa sebagian besar indikator teknikal terbentuk setelah terjadinya pergerakan harga (bersifat lagging). Holy grail mereka adalah pada risk/reward ratio.

4. Trader profesional tidak bergantung pada software trading dan robot 

Walaupun di pasaran banyak penawaran software trading dan robot yang namanya kadang cukup bombastis, sangat jarang trader profesional yang menggunakannya. Mereka lebih percaya pada pikiran dan analisanya sendiri. Software trading, seperti halnya juga software lainnya, berisi dengan program-program yang mengerjakan perintah yang sama secara berulang-ulang. Pada kenyataannya, pergerakan pasar sangat dinamis dan kecil kemungkinannya untuk mengulangi keadaan yang sama berkali-kali. Pada suatu keadaan tertentu bisa saja program tersebut bekerja sesuai harapan, tetapi tidak menjamin akan selalu bekerja dengan baik pada pergerakan pasar yang cenderung acak (random) dan sarat dengan pengaruh emosional para pelakunya. Bagi trader profesional, untuk memprediksi pergerakan harga pasar yang dinamis dan cenderung acak nalar yang obyektif adalah sarana trading yang terbaik.
 

5. Trader profesional tidak terlalu fokus pada faktor fundamental 
Faktor fundamental sudah barang tentu tidak bisa diabaikan dalam, bahkan bisa dikatakan sebagai penggerak utama pasar. Trader profesional menggunakan analisa fundamental sebagai konfirmasi dari apa yang dilihatnya dalam chart trading. Mereka tahu bahwa pengaruh faktor fundamental pada pergerakan harga tidak selalu pasti. Banyak faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pasar. Rilis data Inflasi, Laporan Keu yang meningkat misalnya,tidak begitu saja membuat harga saham naik, masih banyak faktor lain yang mempengaruhi termasuk emosi para pelaku pasar.

6. Trader profesional lebih percaya pada dirinya sendiri, bukan pada para pakar 

Ada trader yang membuka posisi trading karena mendengar atau membaca komentar seorang pakar dari media mengenai sesuatu yang dianggap penting. Selang beberapa waktu kemudian pakar yang lain memberi opini yang berlawanan dengan berbagai alasan. Trader tersebut menjadi khawatir dengan posisinya, cabut atau terus? Trader profesional selalu membuat keputusan tradingnya sendiri dan hampir tidak terpengaruh oleh komentar para analis atau pakar. Mereka percaya pada cara analisanya sendiri sesuai dengan strategi trading yang telah disepakati karena hanya mereka sendirilah yang tahu persis keadaan account dan sistem portofolio dalam tradingnya.

7. Trader profesional selalu realistis 

Anda tidak akan pernah menjadi trader profesional jika Anda tidak realistis dalam trading. Realistis dalam trading maksudnya menerapkan managemen resiko yang proporsional pada balance account Anda. Jika modal Anda 100,000,000 apakah Anda akan mempertaruhkan seluruhnya (100%) hanya dalam sekali trade?, atau mengambil resiko 30% per trade? atau 5%? Tentu yang tahu Anda sendiri. Jika dana tersebut bukan dana yang menganggur (disposable income) Anda tentu akan sangat berhati-hati dalam menentukan resiko.

8. Trader profesional bekerja menurut rencana trading dan disiplin 

Anda mesti mempunyai rencana trading yang jelas dan dilakukan dengan disiplin agar mencapai hasil yang maksimum dalam trading. Rencana trading yang jelas juga akan mengurangi pengaruh emosi ketika trading. Selain itu Anda juga mesti membuat jurnal trading sebagai umpan balik (feedback) yang mengevaluasi semua hasil trading. Tanpa evaluasi Anda tidak tahu tingkat kemajuan yang telah dicapai. Trader profesional telah lama melakukan langkah-langkah tersebut sehingga mereka bisa bekerja dengan target yang jelas.
 


 

Jumat, 27 Februari 2015

INAF, BSDE, MLPL

INAF















Buy 325
TP  374
SL  300

BSDE
 Buy 2,150
TP   2,400
SL   2,100

MLPL















Buy    900
TP  1,100
SL     850

Kamis, 26 Februari 2015

JPFA, BHIT, KAEF

JPFA















Buy   850
TP    965
SL    830

BHIT















Buy 300
TP  340
SL  295

KAEF















Buy 1,375
TP   1,500
SL   1,340

Rabu, 25 Februari 2015

KIJA, BKSL, UNTR

KIJA















Buy 345
TP   415
SL   333

BKSL















Buy 137
TP  194
SL  130

UNTR
Buy 19,500
TP   20,575
SL   19,000


Selasa, 24 Februari 2015

INKP, ROTI, KAEF

INKP















Buy 1,085
TP  1,190
SL  1,060

ROTI
 Buy 1,240
TP   1,400
SL   1,220

KAEF















Buy 1,300
TP  1,480
SL  1,250

Senin, 23 Februari 2015

MLPL,ASRI,WIKA

MLPL















Buy 850
TP 965
SL 825

ASRI















Buy 680
TP  1000
SL  650

WIKA















Buy 3,600
TP  3,895
SL  3,545

Senin, 16 Februari 2015

TLKM, UNTR, LEAD

TLKM













Buy 2,930
TP  3,100
SL  2,900

UNTR












Buy 19,000
TP   20,000
SL   18,500

LEAD












Buy 1,865
TP   2,550
SL   1,760

Jumat, 13 Februari 2015

ACST, AKRA, ITMG

ACST













Buy  4,600
TP   5,000
SL   4,450

AKRA
Buy 4,800
TP 5,000
SL 4,685

ITMG
Buy 17,200
TP 19,100
SL 16,500




Kamis, 12 Februari 2015

KAEF, INAF, KRAS

KAEF















Buy 1,330
TP  1,470
SL  1.300

INAF















Buy  300
TP   370
SL   280

KRAS















Buy 475
TP 500
SL 465

Rabu, 11 Februari 2015

BRAU, GJTL,BKSL

BRAU
Buy 80
TP 110
SL 78

GJTL
 Buy 1520
TP 1,650
SL 1,465

BKSL














Buy 122
TP 137
SL 119

Selasa, 10 Februari 2015

KIJA, ASSA, ECII

KIJA
Buy 320
TP340
SL 315

ASSA















Buy 180
TP 200
SL 167

ECII















Buy 1,100
TP   1,280
SL   1,050

Senin, 09 Februari 2015

BBTN, SSIA, INCO,

BBTN
Buy 1,050
TP 1,200
SL 1,000

SSIA















Buy 1,200
TP 1,300
SL 1,185

INCO















Buy 3,510
TP 3,700
SL 3,400

Kamis, 05 Februari 2015

PNLF, BJTM, BJBR

PNLF
















Buy 263
TP 300
SL 260

BJTM

Buy 550
TP 600
SL 535

BJBR
Buy 845
TP 900
SL 820
 



Rabu, 04 Februari 2015

NRCA, MNCN, ADRO

NRCA
















Buy 1,325
TP 1,450
SL 1,310

MNCN















Buy 2,905
TP 3,225
SL 2,800

ADRO
















Buy 1,010
TP 1,145
SL 980

Senin, 02 Februari 2015

MTFN, DAJK, ELSA

MTFN













Buy 165
TP 208
SL160

DAJK
















Buy 730
TP 800
SL 680

ELSA
Buy 590
TP 670
SL 570


Follow the Trend


Apa itu TREND ?
Trend merupakan kecenderungan pergerakan suatu harga dalam timeframe tertentu.
Dalam pergerakannya suatu harga dapat saja bergerak naik turun setiap hari, namun bila kita cermati dalam timeframe tertentu, maka pergerakan ini akan membentuk suatu pola dan arah tertentu. Arah inilah yang disebut sebagai trend.




3 Jenis Trend
Kita mengenal 3 jenis trend yaitu:
Trend Naik (Uptrend)
Bila suatu harga bergerak dengan kecenderungan naik keatas dalam timeframe tertentu.
Trend Turun (Downtrend)
Bila suatu harga bergerak dengan kecenderungan naik kebawah dalam timeframe tertentu.

Trend Menyamping (Sideways atau Trendless)
Bila suatu harga bergerak dengan kecenderungan bergerak mendatar dalam timeframe tertentu.

Bagaimana Analisa Trend membantu Kita Dalam Trading ?
Anda harus mengambil posisi sesuai dengan arah Trend, bila anda trading dalam trend Naik, maka ambilah posisi Long. (buy)
Dalam pengambilan posisi utk buy saham di IDX,
Bila anda investor, saya sarankan anda hanya mengambil posisi saham-saham yang uptrend. Hindari saham downtrend. Bila anda traders, paling tidak saham sideways atau uptrend yang dapat diambil. Hindari saham downtrend.

Mungkin ada yang pernah bertanya "mengapa saham yang mau dipilih harganya sudah banyak naik? Jawaban: Ya jelas saja, kan follow the trend. Maksudnya apa ya? Karena di bursa kita hanya bisa melakukan buy/beli dan tidak bisa short, maka yang kita lakukan adalah mencari dan mengikuti trend naik. Dan seperti yang kita tahu, saat ini bursa kita sedang mengalami trend naik yang sangat luar biasa. Banyak kesempatan yang bermunculan saat ini untuk menggali keuntungan di jangka pendek hingga jangka menengah. Sekali lagi, jika kita menggunakan strategi mengikuti trend yang sedang berjalan, maka harus ada trend yang mendahului yang bisa diikuti. 

Nah jika kita mengikuti trend naik sebuah saham, maka harus didahului oleh kenaikan harga saham yang bersangkutan. Tidak mungkin kita mengatakan "follow the uptrend”, namun yang terjadi sebelumnya saham itu turun terus. Apanya yang difollow? Prinsip dasar trading dan analisis teknikal itu sederhana. Follow the uptrend untuk membeli saham. Maka, carilah trend naik. Carilah saham-saham yang didahului dengan kenaikan (secara teknikal membentuk higher high, higher low dan syarat lain). Cari saham yang uptrend, beli , simpan, dan jual ketika trend patah. Mudah dan sederhana! Namun yang seringkali terjadi, orang selalu bertanya : kenapa saya telat membeli..? ah harusnya saya membeli ketika saham itu belum naik.

Tidak ada seorang pun yang bisa mengetahui kapan sebuah saham akan naik tanpa ada sinyal seperti pembentukan trend. We are smart traders not smart gamblers. Dalam menentukan keputusan beli / jual dilakukan berdasar konfirmasi grafik. Kita tidak melakukan keputusan beli saham hanya berdasarkan duga-duga atau kira-kira atau malah perasaan. Kita tidak membeli saham hanya karena “oh .. kayaknya saham ini udah murah nih karena sudah turun banyak”. Hmm 

Sebuah saham yang mengalami tekanan jual / turun terus, bisa saja jadi turun dan turun terus. Sebuah saham yang mengalami trend turun, pesimisme lebih besar daripada optimisme. Namun ketika sebuah saham yang mengalami trend harga naik, didahului kenaikan harga, optimisme lebih besar. Membeli saham ketika trend naik, berarti kita sedang membeli “market’s confidence” ! Tapi, terkadang banyak juga orang yang tidak puas membeli saham yang sudah naik (padahal bisa naik lebih jauh lagi) ternyata karena faktor tamak :) Kunci sukses trading tidak hanya terletak pada harga masuknya tapi harga keluarnya. Mau beli ketika market bottom atau market di atas, yang terpenting adalah seberapa profit yang bisa dihasilkan(harga keluarnya). Follow the trend until its end. That simple. And do it.
sumber: @ Ellen May
 


Minggu, 01 Februari 2015

MLPL, ITMG, APLN


MLPL

Spec Buy 845
TP 985
SL 800


ITMG
Spec Buy 15,675
TP 19,225
SL 15,335

APLN
Spec Buy 440
TP 485
SL 430